08 December 2006

Penaku Sesalju Embun Pagi


Penaku sesalju embun pagi
dingin dan nyaman menyentuh sanubari
kekadang terasa menggigil tak karuan
tulang sumsum pun jua jadi taruhan
tapi ia tak bisa meruntun badan
apatah lagi hilang nyawa kesayuan

Penaku sesalju embun pagi
sekadar merenggus kecil jenaka bodoh dunia
merintih menyinga dalam kedinginan
menyentak naluri yang masih berbunga
tapi sekadar itu cuma
tak bisa membunuh nyawa raksasa dunia

penaku sesalju embun pagi
sekadar meninggalkan kelam di hati gelora di jwa
agar sinar menyinggah tenang menyapa
menuju alam keabadian yang menggamit tiba

06 December 2006

aku teraba lagi


Aku teraba lagi
bukan dalam gelap malam
bukan juga dalam sepi alam
namun teraba dalam kejernihan maksiat
yang beraja di setiap penjuru saraf
mencari jalan keluar yang tak berpenghujung
maksiat seakan dah mendarah daging
gelap itulah jernihnya
kelam itulah sinarnya
gelora itulah tenangnya
semuanya biasa di sudut rasa
aku meraba dalam kejernihan
aku meraba dalam kesinaran
aku meraba dalam ketenangan
alah bisa tegal biasa
aku tak bertemu jalan pulang lagi
mungkinkah selamanya...